POLIOMIELITIS
23.32 |
Agen
pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh
melalui mulut, mengifeksi saluran usus.
Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
o Etimologi
Kata
polio berasal dari [bahasa Yunani] atau bentuknya yang lebih mutakhir, dari
"abu-abu" dan "bercak".
o Sejarah
Polio
sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno
menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat. Kaisar
Romawi Claudius
terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.
Virus
polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan
permanen, biasanya pada kaki.
Sejumlah
besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan.
Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang
Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orang tua’, karena menjangkiti
anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun.
Di
sana para orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop dikunci,
kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.
o Virus
polio
Poliovirus
adalah virus RNA kecil
yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan
menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio
menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak
berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama
berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio
adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio
menular melalui kontak antarmanusia. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena
sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala
sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit.
Virus
masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi feses. Setelah seseorang terkena infeksi, virus
akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi
penularan virus.
o Jenis
Polio
1. Polio
non-paralisis
Polio non-paralisis
menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot
pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
2. Polio
paralisis spinal
Strain
poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk
anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari
satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan.
Kelumpuhan
paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus,
virus ini akan diserap oleh pembulu darah kapiler pada dinding usus dan
diangkut seluruh tubuh.
Virus
Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik -- yang
mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada
penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini
biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang
dan batang otak.
Infeksi ini akan memengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut
saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus
akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan
regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap
perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP).
Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang
tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut),
disebut quadriplegia.
3. Polio
bulbar
Polio
jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak
ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan
dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol
pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan
pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur
pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai
fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim
sinyal ke jantung,
usus, paru-paru,
dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa
alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga
sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot
pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah
terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas'
ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi
penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan
penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot
cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi
juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi' (iron
lung).
Alat
ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan
udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis,
kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang.
Dengan
demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah
pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat
kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga
saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan
paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering
menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio
paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi
tubuh yang mendekati normal.
o Anak-anak
dan polio
Anak-anak
kecil yang terkena polio seringkali hanya mengalami gejala ringan dan menjadi
kebal terhadap polio. Karenanya, penduduk di daerah yang memiliki sanitasi baik
justru menjadi lebih rentan terhadap polio karena tidak menderita polio ketika
masih kecil.
Vaksinasi
pada saat balita akan sangat membantu pencegahan polio pada masa depan karena
polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang dewasa. Orang yang telah
menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami gejala tambahan pada masa
depan seperti layu otot; gejala ini disebut sindrom post-polio.
o Vaksin
efektif pertama
Vaksin efektif
pertama dikembangkan oleh Jonas Salk. Salk menolak untuk mematenkan vaksin ini
karena menurutnya vaksin ini milik semua orang seperti halnya sinar matahari.
Namun vaksin yang digunakan untuk inokulasi masal adalah vaksin yang
dikembangkan oleh Albert Sabin. Inokulasi
pencegahan polio anak untuk pertama kalinya diselenggarakan di Pittsburgh,
Pennsylvania
pada 23 Februari
1954. Polio hilang
di Amerika pada tahun 1979.
o Usaha
pemberantasan polio
Pada
tahun 1938, Presiden Roosevelt
mendirikan Yayasan Nasional Bagi Kelumpuhan Anak-Anak, yang bertujuan menemukan
pencegah polio, dan merawat mereka yang sudah terjangkit. Yayasan itu membentuk
March of Dimes. Ibu-ibu melakukan kunjungan dari rumah ke rumah,
anak-anak membantu melakukan sesuatu untuk orang lain, bioskop memasang iklan,
semuanya bertujuan minta bantuan satu dime, atau sepuluh sen.
Dana
yang masuk waktu itu digunakan untuk membiayai penelitian Dokter Jonas Salk
yang menghasilkan vaksin efektif pertama. Tahun 1952, di Amerika
terdapat 58 ribu kasus polio. Tahun 1955 vaksin Salk mulai digunakan. Tahun 1963, setelah puluhan
juta anak divaksin, di Amerika hanya ada 396 kasus polio.
Pada
tahun 1955, Presiden Dwight Eisenhower mengumumkan bahwa Amerika akan
mengajarkan kepada negara-negara lain cara membuat vaksin polio. Informasi ini
diberikan secara gratis, kepada 75 negara, termasuk Uni Soviet.
Tahun
1988, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO
mensahkan resolusi untuk menghapus polio sebelum tahun 2000. Pada saat itu
masih terdapat sekitar 350 ribu kasus polio di seluruh dunia. Meskipun pada
tahun 2000, polio belum terbasmi, tetapi jumlah kasusnya telah berkurang hingga
di bawah 500. Polio tidak ada lagi di Asia Timur, Amerika Latin, Timur Tengah
atau Eropa, tetapi
masih terdapat di Nigeria,
dan sejumlah kecil di India
dan Pakistan.
India
telah melakukan usaha pemberantasan polio yang cukup sukses. Sedangkan di
Nigeria, penyakit ini masih terus berjangkit karena pemerintah yang berkuasa
mencurigai vaksin polio yang diberikan dapat mengurangi fertilitas dan
menyebarkan HIV. Tahun
2004, pemerintah
Nigeria meminta WHO untuk melakukan vaksinasi lagi setelah penyakit polio
kembali menyebar ke seluruh Nigeria dan 10 negara tetangganya. Konflik internal
dan perang saudara di Sudan
dan Pantai
Gading juga mempersulit pemberian vaksin polio.
Meskipun
banyak usaha telah dilakukan, pada tahun 2004 angka infeksi polio meningkat
menjadi 1.185 di 17 negara dari 784 di 15 negara pada tahun 2003. Sebagian
penderita berada di Asia dan 1.037 ada di Afrika. Nigeria memiliki 763
penderita, India 129, dan Sudan 112.
Pada
5 Mei 2005, dilaporkan
terjadi ledakan infeksi polio di Sukabumi akibat strain virus yang menyebabkan wabah di Nigeria. Virus
ini diperkirakan terbawa dari Nigeria ke Arab dan sampai ke Indonesia
melalui tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Arab atau orang yang bepergian
ke Arab untuk haji
atau hal lainnya.
Sumber referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Poliomielitis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar